Kabar Konservasi

Javan Wildlife Institute Hadiri Asian Primate Symposum ke-8 di Vietnam

Pembukaan kegiatan simposium pada tanggal 14 November 2022

JAWI– Dengan dukungan dari Arfah Nasution Memorial Fund-Cikananga Foundation, Javan Wildlife Institute (JAWI) berkesempatan untuk mengirimkan delegasi pada kegiatan Asian Primate Symposium ke-8 yang diadakan di Hanoi, Vietnam. Melalui kesempatan ini, tim kami juga menyampaikan hasil penelitian yang telah dilakukan bersama berbagai pihak yaitu Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Little Fireface Project, Oxford Brooks University, dan University of Exeter.

Asian Primate Symposium adalah pertemuan pemerhati dan peneliti primata terbesar di Asia yang pertama kali diadakan di Bangkok, Thailand pada tahun 2002. Menginjak pertemuan ke-3, simposium ini menjadi agenda dua tahunan yang tetap dilanjutkan hingga sekarang. Javan Wildlife Institute (JAWI) berkesempatan mengirimkan delegasi untuk menghadiri dan menyampaikan hasil penelitian dalam Asian Primate Symposium ke-8 yang diadakan pada Minggu (13/11/22) hingga Rabu (16/11/22) di Hanoi, Vietnam. Tungga Dewi Hastomo Putri dan Eny Wahyu Lestari berangkat dengan mendapatkan sponsor dari Arfah Nasution Memorial Fund, Cikananga Foundation. Selama perjalanan, tim JAWI tidak sendiri. Kami berangkat dan pulang bersama tim representatif dari SwaraOwa Indonesia yaitu Nur Aoliya, dan Arif Setiawan, selaku direktur SwaraOwa.

Tim delegasi JAWI bersama tim SwaraOwa Indonesia

Asian Primate Symposium kali ini menjadi pertemuan luring pertama kali sejak Asian Primate Symposium yang ke-7 yang dilakukan secara daring akibat pandemi. Namun hal tersebut tidak membuat para peserta merasa takut dan waswas, tapi malah meningkatkan kegembiraan dan antusiasme karena akhirnya kita dapat rehat sejenak dari layar dan bercengkerama dengan teman lama. Tidak hanya pemain senior, pendatang baru di dunia primatologi dan konservasi primata juga disambut hangat oleh para peserta, membuat atmosfer perkumpulan menjadi ringan dan bersahabat.

Tim delegasi JAWI, SwaraOwa Indonesia, bersama Yayasan IAR Indonesia, dan Yayasan Konservasi Ekosistem Alam Nusantara (KIARA)

Kegiatan Asian Primate Symposium ke-8 dihadiri oleh lebih dari 150 pakar, peneliti, dan praktisi konservasi yang berafiliasi dengan 91 organisasi di lebih dari 20 negara di dunia. Sebagai tuan rumah, tim penyelenggara terdiri dari Vietnam National University of Forestry dan Three Monkeys Conservancy, sedangkan untuk panitia ilmiah terdiri dari gabungan berbagai peneliti dari berbagai institusi di Asia. Kegiatan ini mendapatkan dukungan dari berbagai organisasi non pemerintah yaitu Re:Wild, World Wide Fund For Nature (WWF), Frankfurt Zoological Society, American Society of Primatologist (ASP), Zoo Leipzig, Margot Marsh Biodiversity Foundation, dan The Little Chalcraft Fund. Kegiatan ini terdiri dari diskusi, presentasi, dan kunjungan lapangan. Kesempatan kunjungan lapangan adalah suatu hal yang luar biasa berharga karena kami diajak untuk melihat keindahan lanskap hutan tropis Vietnam yang menyimpan berbagai keanekaragaman flora dan fauna.

Salah satu destinasi dari kunjungan lapangan adalah Taman Nasional Cuc Phuong. Di dalam taman nasional tersebut selain berfungsi sebagai konservasi insitu untuk berbagai jenis satwa dan tumbuhan, juga merupakan lokasi tiga pusat rehabilitasi yaitu Vietnam Primate Conservation Programme (Endangered Primate Rescue Center), Turtle Conservation Centre, dan Carnivore and Pangolins Conservation Program.

Terletak di dekat khatulistiwa, Vietnam merupakan rumah dari 24 spesies primata yang terdiri dari enam genera: Nomascus (owa), Macaca (macaque), Rhinopithecus (monyet berhidung pesek), Phygatrix (douc lutung), Trachypithecus (lutung/monyet daun), dan Nycticebus (kukang). Di antara spesies-spesies tersebut, hampir setengahnya dianggap Kritis (Critically Endangered) dan Terancam Punah (Endangered) oleh Red List IUCN (sepuluh spesies untuk setiap kategori), dan sisanya adalah Rentan (Vulnerable), Hampir Terancam (Near Threatened), dan Paling Tidak Dikhawatirkan (Least Concern). Semua spesies kecuali Trachypithecus poliocephalus dan Macaca mulatta memiliki trend populasi menurun (trend populasi yang meningkat dan tidak diketahui untuk T. poliocephalus dan M. mulatta).

Di antara primata yang hidup di hutan tropis Vietnam, terdapat enam spesies endemik yaitu kera ekor panjang Con Dao (Macaca fascicularis condorensis), lutung Delacour (Trachypithecus delacouri), lutung Cat Ba (T. poliocephalus poliocephalus), lutung douc abu-abu (Pygathrix cinerea), monyet Tonkin hidung pesek (Rhinopithecus avunculus) dan owa berdada hitam timur (Nomascus nasutus). Lima di antaranya Kritis, dan satu lagi Terancam Punah (Nadler et al., 2007).

Black-shanked douc langur atau lutung douc berbetis hitam (Pygathrix nigripes). Individu yang kita lihat sekarang merupakan jantan dewasa liar di Taman Nasional Cat Tien. Bersama kedua spesies Douc langur yang lain (Pygathrix cinerea atau grey-shanked douc langur dan Pygathrix nemaeus atau red-shanked douc langur) mereka membentuk genus Pygathrix yang persebaran alaminya hanya di Asia Tenggara. Spesies di keluarga ini dapat dibedakan melalui warna betis/tulang kering (shank). Foto oleh Arif Setiawan.

 

Delacour’s langur atau lutung Delacour di pusat rehabilitasi Vietnam Primate Conservation Programme, Taman Nasional Chc Phuong. Kandang didesain menjadi semi-natural dimana atap dibiarkan terbuka untuk individu satwa bebas keluar dan masuk. Tidak semua kandang di pusat rehabilitasi memiliki konsep serupa.
Red-shanked douc langur atau lutung douc berbetis merah (Pygathrix nemaeus) di pusat rehabilitasi Vietnam Primate Conservation Programme. Foto di atas merupakan contoh kandang (enclosure) yang tertutup.

Selanjutnya, kegiatan dilanjut dengan diskusi dan presentasi yang dilakukan seluruhnya di kompleks gedung Vietnam National University of Forestry. Ada lebih dari 65 pembicara yang menyampaikan materinya secara lisan maupun ada juga yang menyampaikan narasi mereka melalui poster. Dua-duanya tidak mengaburkan esensi semangat berbagi pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki satu sama lain. Tim delegasi kami memilih untuk menyampaikan pada presentasi lisan. Penelitian singkat yang JAWI tampilkan merupakan hasil penelitian gabungan dari berbagai pihak yaitu JAWI, Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Little Fireface Project, Oxford Brooks University, dan Univrsity of Exeter.

Tim perwakilan JAWI pada saat sesi tanya jawab pasca presentasi

 

 

Referensi:

Nadler, T., Thanh, V. N., & Streicher, U. (2007). Conservation status of Vietnamese primates. Vietnamese Journal of Primatology, 1(1), 7–26.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *