Cari Tahu Bareng: Seberapa “Fleksibel” Kukang Jawa?
Apa yang kamu pikirkan ketika mendengar kata fleksibilitas? Ternyata, fleksibilitas dalam satwa tidak hanya didefinisikan sebagai kelenturan tubuh yang dimiliki. Melainkan dapat melalui perilaku yang dihasilkan atau hal lain yang terkait. Dalam artikel ini kita akan membahas tentang fleksibilitas yang dimiliki oleh kukang jawa.
Yuk simak lebih lanjut!
***
Kukang jawa (Nycticebus javanicus) dikenal memiliki kemampuan menyesuaikan postur tubuhnya sesuai dengan kebutuhan. Saat tidur, kukang jawa seringkali ditemukan merunduk, sehingga badan terlihat seperti gulungan bola bulu di dahan pohon. Selain itu, ketika tiba saatnya untuk menangkap serangga atau menjalankan aktivitas lainnya, kukang jawa juga bisa berdiri dan bergerak dengan tangkas. Dan kamu tahu? Satwa ini ternyata juga cukup fleksibel dalam penggunaan habitat. Kemampuan tersebut membantu mereka untuk bertahan hidup dan menghadapi segala perubahan lingkungan yang begitu cepat
Sayangnya, primata kecil ini sudah menjadi langganan primata berpredikat paling terancam di dunia sejak tahun 2008 dengan status Critically Endangered menurut IUCN Redlist. Sebagai satwa arboreal, deforestasi menjadi salah satu ancaman terbesar bagi kukang jawa. Apalagi, lebih dari 90% aktivitas hariannya di lakukan di atas pohon dan mereka baru akan turun ke tanah jika tidak dapat menemukan pohon lain untuk dijangkau. Bayangkan, jika pohon-pohon itu menghilang, Kukang Jawa tidak hanya akan kehilangan tempat tidur dan sumber pakan, melainkan mereka juga akan kehilangan sarana konektivitas yang penting.
Lalu bagaimana kukang jawa dapat bertahan di tanah Jawa yang notabene sudah sarat akan bangunan ini?
Ternyata, tidak hanya ditemukan di area lindung, kukang juga dapat beradaptasi di kawasan yang sering diakses manusia, seperti hutan rakyat, hutan tanaman, dan kawasan agroforestri. Contohnya pada kawasan agroforestri dataran tinggi Desa Cipaganti, Kabupaten Garut, dan dataran rendah di Desa Kemuning, Kabupaten Temanggung. Kukang-kukang yang tinggal di kawasan agroforestri Cipaganti dan Kemuning mendapat manfaat dari adanya rangkaian tegakan yang saling berkesinambungan satu sama lain.
Keterkaitan kanopi dan sifat dari praktik pertanian agroforestri mendukung pohon untuk tetap berdiri dan menjadi naungan bagi komoditas di bawahnya. Di beberapa wilayah, kawasan agroforestri yang berbatasan dengan area lindung juga memberikan kesempatan kukang untuk memiliki pilihan dalam penggunaan habitat mereka.
Selain hidup di kawasan agroforestri, kukang juga dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang lebih terbangun seperti kawasan pedesaan yang berbatasan dengan hutan. Biasanya, mereka akan memanfaatkan pohon yang tumbuh di pekarangan. Penelitian yang dilakukan oleh Karimloo et al (2023) di Cipaganti, menyebutkan bahwa kukang menggunakan kawasan pemukiman masyarakat desa hutan sebagai bagian penting dari wilayah inti dan wilayah jelajahnya, khususnya saat musim kemarau. Penemuan ini menunjukkan bahwa kawasan antropogenik adalah bagian integral dari teritori kukang. Yang paling menarik, individu yang paling sering menghabiskan waktu di area antropogenik baik di musim penghujan maupun kemarau merupakan individu kukang jantan. Dari pengamatan, kukang yang hidup di kawasan tersebut cenderung memakan lebih banyak nektar dan buah, yang mengindikasikan jenis pakan yang seharusnya mereka sukai seperti getah gum kurang tersedia di lingkungan antropogenik.
Meski kukang memiliki kemampuan untuk dapat bertahan hidup di lingkungan yang terbangun/antropogenik, bukan berarti kita mengabaikan adanya deforestasi. Sebaliknya, keberadaan kukang yang hidup di lingkungan antropogenik akan meningkatkan risiko yang mereka hadapi,
Sebagai contoh pada tahun 2023 Ialu, ditemukan seekor kukang yang tersengat kabel listrik di Kabupaten Cianjur. Penggunaan kabel listrik ini digunakan kukang sebagai sarana pergerakan karena terkoneksi dengan pohon-pohon yang ada di sekitar habitat kukang. Hal ini berpotensi membahayakan kukang terkena sengatan listrik dan dapat mengakibatkan mereka terjatuh hingga mati. Selain itu, mereka bisa berhadapan dengan predator darat seperti anjing atau ular saat mereka turun ke tanah.
Dengan mengetahui bahwa kukang menggunakan kawasan terbangun sebagai habitat dan menunjukkan behavioural plasticity dalam adaptasinya, kita sebagai pengambil keputusan sebaiknya mempertimbangkan kebutuhan kukang di area terbangun dalam perencanaan pembangunan. Tendensi kukang untuk menghuni kawasan alami dapat kita bantu dengan cara mendukung konektivitas tajuk, pemenuhan sumber pakan alami, kebutuhan nutrisi, dan yang paling penting: mencegah perburuan kukang jawa.
Nah, dari sini kita sudah tahu kan kalau kukang jawa mempunyai sifat yang fleksibel dalam penggunaan habitatnya. Akan tetapi, keberadaan pohon yang saling berkesinambungan tajuknya menjadi salah satu hal yang sangat penting bagi kukang jawa selain keberadaan pakannya. Yuk, jaga dan lindungi kukang supaya keberadaannya tak hanya jadi cerita!
Sumber:
Dewi, T., Ali, M., Ganis, I., Katherine, L., Marco, H., & Nekaris, K. A. I. (2021). The sticky tasty : the nutritional content of the exudativorous diet of the Javan slow loris in a lowland forest. Primates, 0123456789. https://doi.org/10.1007/s10329-021-00962-2
Karimloo, L.; Campera, M.; Imron, M.A.; Rakholia, S.; Mehta, A.; Hedger, K.; Nekaris, K.A.I. Habitat Use, Terrestriality and Feeding Behaviour of Javan Slow Lorises in Urban Areas of a Multi-Use Landscape in Indonesia. Land 2023, 12, 1349. https://doi.org/10.3390/ land12071349
Nekaris, K. A. I., Poindexter, S., Reinhardt, K. D., Sigaud, M., Cabana, F., Wirdateti, W., & Nijman, V. (2017). Coexistence between Javan Slow Lorises (Nycticebus javanicus) and Humans in a Dynamic Agroforestry Landscape in West Java, Indonesia. INTERNATIONAL JOURNAL OF PRIMATOLOGY, 38(2), 303–320. https://doi.org/10.1007/s10764-017-9960-2
Poindexter, S. A., & Nekaris, K. A. I. (2017). Vertical clingers and gougers : Rapid acquisition of adult limb proportions facilitates feeding behaviours in young Javan slow lorises (Nycticebus javanicus). Mammalian Biology, 87, 40–49. https://doi.org/10.1016/j.mambio.2017.05.007
Sodik, M., Pudyatmoko, S., Yuwono, P. S. H., & Imron, M. A. (2019). Resource selection by Javan Slow Loris Nycticebus javanicus E. Geoffroy, 1812 (Mammalia: Primates: Lorisidae) in a lowland fragmented forest in Central Java, Indonesia. Journal of Threatened Taxa, 11(6), 13667–13679. https://doi.org/10.11609/jott.4781.11.6.13667-13679
Wirdateti, Dahrudin, H. & Sumadijaya, A. Sebaran dan Habitat Kukang Jawa (Nycticebus javanicus) di Lahan Pertanian (Hutan Rakyat) Wilayah Kabupaten Lebak (Banten) dan Gunung Salak (Jawa Barat). Zoo Indonesia 2010. 20(1): 17-25