Ular Naga (Xenodermus javanicus) Penghuni Hutan Kemuning
Salah satu hutan alam dataran rendah di Jawa Tengah yaitu Hutan Kemuning di Kabupaten Temanggung yang masih menyimpan banyak misteri di dalamnya. Salah satunya yaitu tercatatnya keberadaan Ular Naga yang ditemukan oleh peneliti Fakultas Kehutanan UGM saat melakukan survei keanekaragaman Herpetofauna di hutan tersebut pada tahun 2016.
Ular naga (Xenodermus javanicus) merupakan ular yang berasal dari keluarga Xenodermatidae yang tidak berbisa dan tidak berbahaya bagi manusia. Dari bentuk tubuhnya ular ini sangat mudah dikenali karena terdapatnya sisik-sisik yang menonjol dari permukaan kulit sehingga terlihat seperti duri, hal inilah yang memberikan kesan seperti naga pada ular tersebut. Punggungnya (dorsal) berwarna keabu-abuan, sedangkan perutnya (ventral) didominasi oleh warna putih.
Ular naga atau dragon snake ini cukup menarik karena merupakan satu-satunya ular dalam genusnya. Ular ini juga disebut Javan tubercle snake, Javan mud snake, and rough-backed litter snake. Ular ini dianggap langka dan tidak banyak dipelihara, selain itu ular ini dikatakan tidak bertahan di penangkaran. Ular ini aktif di malam hari (nokturnal) dan diketahui hanya memangsa katak kecil. Penyebarannya yaitu di Thailand, Burma, dan Indonesia. Ular ini memiliki tingkat produktivitas yang rendah, hanya memproduksi dua sampai empat butir telur setahun. Ia juga memiliki “perilaku kaku” ada saat-saat di mana ular akan menegang, hampir seperti papan, dalam posisi apapun saat disentuh atau diangkat. Tidak diketahui mengapa berperilaku seperti ini, hal ini menarik untuk diteliti lebih lanjut.
Ular yang memiliki panjang maksimal sekitar 60 cm ini hidup pada habitat hutan dataran rendah, rawa, dan sering berlindung di bawah dedaunan mati yang ada di lantai hutan atau batu-batuan di dekat sungai. Di Indonesia, persebaran ular ini yaitu di Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Di Pulau Jawa, ular ini dapat dijumpai pada ketinggian 500 – 1000 mdpl. Di ekosistem ular ini berfungsi mengontrol populasi katak. Status konservasi ular ini berdasarkan IUCN yaitu Least Consern (LC) atau berisiko rendah, namun pada kenyataannya ular ini tergolong jarang ditemukan di alam liar. Ular ini sempat marak diperjual belikan secara online beberapa tahun yang lalu, namun akhir-akhir ini (tahun 2017) sudah tidak terlalu ramai lagi.
Di Hutan Kemuning, ular naga ini ditemukan pada malam hari ketika pengambilan data Herpetofauna, saat itu cuaca sedang mendung. Ular ini ditemukan di Kali Getas, sebuah sungai yang memiliki aliran air yang kecil. Panjang utama sungai ini juga tidak terlalu panjang sekitar 500 m, ujung sungai ini menyempit sehingga tidak bisa dilalui oleh manusia. Kondisi seperti ini memang yang disukai oleh ular naga ini, sungai dengan aliran yang kecil dan jauh dari jangkauan manusia.