Mengintip Keindahan Malam di Hutan Kemuning: Petualangan Menemui Kukang Jawa
Sayup-sayup gesekan daun beradu dengan angin, diiringi serangga malam yang saling bersahut-sahutan mulai terdengar. Disinari remang-remang cahaya bulan, Javan Wildlife Institute bersama Swara Owa menyusuri jalanan setapak hutan kemuning untuk melakukan night safari (23/09). Selain menyuguhkan nikmatnya kopi kukang dan pemandangan indah di pagi hari, hutan kemuning juga merupakan destinasi night safari yang memikat para pengunjung dengan beragam satwa yang dapat ditemui di habitat alami.
Kira-kira pukul delapan malam, kami mulai menyusuri jalanan setapak pada perkebunan kopi milik masyarakat. Hawa dingin malam tak menyurutkan antusias peserta jelajah malam yang berjumlah lima orang ini. Perjalanan kali ini dikhususkan untuk pengamatan mamalia nokturnal, yaitu kukang jawa (Nycticebus javanicus). Kukang Jawa adalah primata endemik jawa yang keberadaannya sangat terancam dan menjadi salah satu dari 25 primata paling terancam di dunia. Selain Kukang Jawa, hutan Kemuning juga menyajikan beragam satwa lain yang dapat ditemui selama night safari seperti kubung sunda, bajing terbang dan beberapa spesies burung yang sedang tidur.
Berbekal senter berwarna merah di tangan, kami mulai menyusuri hutan. Kami tidak sendiri, perjalanan kali ini juga ditemani oleh pemandu lokal yaitu Mas Budi yang merupakan warga asli Desa kemuning. Sambil terus berjalan, kami mengobrolkan hal-hal terkait potensi hutan kemuning. Mulai dari komoditas kopi, hingga keanekaragaman hayati disana. Beruntung, selang beberapa menit melakukan perjalanan dan pencarian, satwa-satwa malam mulai menyambut. Seolah kami adalah tamu yang mengunjungi rumahnya. Satu persatu satwa mulai menampakan diri. Seekor kubung sunda ditemukan bergelantungan pada salah satu cabang pohon, mereka cenderung diam tak banyak gerak.
Malam itu terasa sangat beruntung, selain bertemu kubung sunda. Kami juga bertemu dengan satu ekor kukang jawa yang sedang berada di pucuk pohon. Sayangnya, jarak yang jauh menyulitkan kami untuk mengambil gambar. Namun hal ini tak menurunkan semangat dan antusias ketika bertemu dengan primata kecil langka itu. Ia berjalan dengan lambat menyusuri tiap jengkal cabang pohon yang dipijak. Matanya yang besar dan bulunya yang nampak lebat menjadikannya mirip dengan gulungan bola. Pencarian kami tak sampai disitu saja. Kami juga menemukan seekor walangkopo.
Puas dengan berkeliling dan pengamatan malam. Perjalanan kami tutup dengan kegiatan sharing dari para peserta sembari menyantap makanan tradisional yang telah disiapkan. Meski durasi perjalanan cukup singkat, namun kami semua merasa senang dan puas. Malam itu, hutan kemuning menyuguhkan pengalaman dan pelajaran berharga tentang kehidupan alam liar yang luar biasa. Yuk, jaga satwa untuk tetap berada di rumah alaminya!